A. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA VOC
Sejak dimulainya fase keberangkatan Negara-negara Eropa untuk mencari daerah jajahan demi mencapai misi-misi tertentu, salah satunya adalah misi pencarian emas dan penjajahan. Indonesia tidak luput dari hal tersebut. Letak geografis Indonesia yang terbilang cukup strategis membuat banyak Negara asing berbeut masuk ke Indonesia untuk melakukan perdagangan. Diantara yang pernah masuk ke Indonesia adalah colonial Belanda.
Letak geografis Indonesia yang berada diantara dua samudera dan dua benua di dunia menjadikan Indonesia menjadi tempat yang sering disinggahi oleh pera pedagang dunia. Ditambah dengan tanah Indonesia yang subur, maka dapat dipastikan banyak sekali sumber daya alam baik tanaman, cengkeh, maupun hasil bumi lainnya seperti emas, perak, dan lain-lainnya.
Dari sekian banyak bangsa Eropa yang berkeinginan melakukan monopoli perdagangan di Indonesia, Belanda merupakan Negara yang sangat bernafsu menguasai perdagangan Indonesia. Oleh karena itu, Belanda mendirikan sebuah kongsi dagang yang bernama Verenigde Ootindische Compagnie (VOC). Perusahaan dagang ini selain untuk menjalankan misi Belanda yang ingin memonopoli perdagangan di Indonesia, juga dibentuk untuk membendung kekuatan perusahaan dagang serupa yang dibentuk oleh Inggris, yaitu East Indian Company (EIC).
B. SEJARAH TERBENTUKNYA VOC
Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Belanda yang melakukan perdagangan di Indonesia kala itu, dan juga untuk membendung perusahaan dagang yang dibentuk oleh Inggris yaitu EIC, seorang anggota parlemen Belanda yang bernama Johan van Oldebanevelt memberikan usul di dalam forum parlemen untuk menggabungkan para pedagang-pedagang Belanda ke dalam suatu serikat dagang. Atas dasar usulan tersebut, dengan persetujuan dari Pangeran Mauritz dan Oldebanevelt, pada tanggal 16 Maret 1602, Belanda mendirikan sebuah serikat dagang yang bernama Verenigde Ootindische Compagnie (VOC)/Perkumpulan Dagang India Timur. Pengurus VOC berjumlah 17 orang dan membuka kantor utamanya di Banten yang dikepalai oleh Francois Wittert.
C. TUJUAN DIBENTUKNYA VOC
Adapun tujuan Belanda membentuk serikat dagang VOC di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Menghindari persaingan dagang tidak sehat antar pedagang-pedagang Belanda di Indonesia sehingga dari hal tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal
- Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dagang dengan Negara-negara Eropa lainnya.
- Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
D. HAK – HAK VOC
Pada masa-masa wal pembentukan VOC, terjadi persaingan sengit antara Negara-negara Eropa yang juga mendiirkan serikat dagang, seperti Inggris yang mendirikan East Indian Company (EIC), Perancis yang mendirikan French East Indian Company tahun 1604. Atas dasar hal itu, pemerintah Belanda mengambil kebijakan untuk memperkuat posisi VOC di persaingan perdagangan tersebut. Maka diberikanlah hak-hak kepada VOC dalam menjalankan tugasnya, hak-hak tersebut ialah :
- Hak untuk mengadakan perjanjian dengan Negara lain
- Hak untuk membentuk tentara dan mendirikan benteng pertahanan
- Hak untuk mengeluarkan dan mengedarkan mata uang
- Hak untuk memerintah daerah-daerah di luar kekuasaan Belanda dan membentuk pengadilan
- Hak untuk mengumumkan perang terhadap musuh
- Hak untuk menarik pajak
- Hak untuk membentuk pemerintahan sendiri
- Hak sebagai wakil kerajaan Belanda di Indonesia
Karena hak-hak yang diberikan ini, perkembangan VOC menjadi sangat cepat, bahkan VOC menjadi serikat dagang yang paling berkembang, dan portugis serta Negara-negara lain mulai terdesak.
Pada masa VOC, seorang Gubernur Jenderal merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Ia mempunyai kekuasaan tak terbatas seperti halnya rajayang memimpin di sebuah kerajaan. Hal ini dikarenakan tidak ada Undang-undang khusus yang diatur oleh pemerintah Belanda tentang hak dan kewajibannya.
E. SISTEM POLITIK EKONOMI VOC
Dalam usaha untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dalam monopoli perdagangan di Indonesia, VOC menerapkan beberapa kebijakan dalam usaha mereka. Diantaranya ialah :
1. Verplichhte Leverantie
Sistem ini merupaka sistem yang diterapkan dengan tujuan agar para petani rempah-rempah di Indonesia menjual hasil buminya hanya kepada VOC dengan harga yang telah ditentukan sendiri oleh VOC. Jadi rakyat dilarang untuk menjual kepada yang selain VOC. Diantara hasil bumi yang dibeli oleh VOC adalah lada, kapas, kayu manis, gula, beras, dan binatang ternak.
2. Contingenten
Contongenten merupakan aturan yang mewajibkan rakyat-rakyat membayar pajak kepada VOC berupa hasil bumi mereka.
3. Ekstripasi
Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman-tanaman dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot turun.
4. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi adalah pelayaran dengan menggunakan perahu kora-kora dengan tujuan untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan dan menindak pelaku dagang jika tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh VOC. Tujuan pelayaran ini adalah untuk menindak dan memberantas pelaku-pelaku dagang yang bermain di pasar gelap. Tindakan hukuman yang diambil berupa penyitaan barang dagangan, dimasukkan ke penjara, dijual ke pasar budak, dan dibunuh.
5. Preanger Stelsel
Sistem ini mewajibkan masyarakat menyerahkan wajib pajak kepada VOC berupa hasil bumi sesuai dengan takaran yang telah ditentukan VOC. Sistem ini berlaku di wilayah Priangan mulai tahun 1677-1871 M. jika masyarakat tidak mempunyai lahan, maka mereka dipaksa untuk bekerja menanam tanaman yang telah ditentukan oleh VOC tanpa upah (kerja rodi/kerja paksa).
Dengan sistem yang telah disebutkan di atas, VOC telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan bahkan dapat menjadi serikat dagang yang paling menguntungkan melebihi EIC dan lain-lain. Namun, keuntungan yang besar ini tidak diimbangi dengan perilaku pejabat tinggi di jajaran VOC yang senang melakukan praktek korupsi. Oleh karena itu, VOC menjadi banyak berhutang kepada pihak luar.
F. PEMBAGIAN WILAYAH BIROKRASI VOC
Untuk menjalankan tugasnya, maka VOC menetapkan pejabat-pejabat yang berwenang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditentukan kepada masing-masing pejabat. Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC mengangkat seorang Gubernur jenderal yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut dengan Raad van Indie. Di bawah Gubenrur Jenderal, terdapat Gubernur yang memimpin daerah-daerah yang dibantu oleh residen dan juga dibantu oleh asisten residen. Beberapa Gubernur Jenderal yang dianggap berhasil menjalankan tugas dnegan baik adalah :
1. Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )
2. Antonio van Diemen ( 1636-1645 )
3. Joan Maetsycker ( 1653-1678 )
4. Cornelis Speelman ( 1681-1684 )
G. MASA KEJAYAAN VOC
Pada tahun 1641, VOC mampu menaklukkan Malaka dari penjajahan Portugis. Kerajaan Mataram menetapkan untuk berdamai dengan VOC setelah Sultan Agung meninggal dunia. Penduduk di pusat kantir VOC di Batavia pun relative tertib dan terkendali. Sementara di Indonesia Timur, VOC semakin kuat setelah berhasil meunpaskan perlawanan dari Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh sultan Hasanuddin. Lalu, VOC juga berhasil memaksa raja Sulaiman dari Kerajaan Kalimantan Selatan untuk menandatangani kontrak monopoli perdagangan. Sementara di Maluku, VOC menjalankan taktik adu domba dengan membantu Putra Alam memerangi Sultan Nuku. Hingga akhirnya, VOC dapat memegang Kendali perdagangan di Maluku.
Menjelang akhir jabatannya, Gubernur Jenderal ke-11 VOC, Carel Reyniersz diperintahkan untuk memukul Portugis terus-terusan. Sejak 16 Mei 1656, pada saat Gubernur Jenderal ke-12 Joan Maetsuyker, masa penjajahan Portugis tekah berakhir.
H. Perlawanan Rakyat Terhadap VOC
1. Perlawanan Mataram
Usaha kerajaan Mataram untuk menumpaskan monopoli perdagangan VOC paling agresif terjadi saat diperintah oleh Sultan Agung. Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di Jepara diserbu oleh Mataram. Sejak itu, antara VOC dan pasukan Mataram sering menyerang satu sama lain. Bahkan, cita-cita Sultan Agung untuk mengusir VOC dari tanah Jawa dilaksanakan dengan cara menyerbu kantor pusat VOC di Batavia.
Perlawanan pasukan Mataram terhadap VOC di Batavia dilakukan selama dua kali. Yang pertama dilakukan Agustus 1628 dan yang kedua pada tahun 1629. Akan tetapi, selama dua kali itu pula, pasukan Mataram belum mampu untuk mengalahkan kekuatan pasukan VOC. Ada beberapa hal yang menyebabkan pasukan Mataram tidak mampu mengalahkan VOC, yaitu :
- Kekurangan persenjataan
- Kondisi pasukan yang kelelahan
- Kondisi pasukan yang banyak terserang penyakit
- Jarak Batavia-Mataram yang terlalu jauh
- Lumbung makanan pasukan Mataram berhasil diambil alih oleh VOC
VOC |
2. Perlawanan Banten
Pertentangan antara VOC dan kerajaan Banten bermula dari rencana VOC yang ingin menguasai selat sunda. Padahal, selat sunda adalah daerah perdagangan kerajaan Banten yang sangat vital. Oleh karena itu, dibawah kepemimpinan Sultan Agung Tertayasa, kerajaan Banten menyatakan perang kepada VOC.
Demi mencapai tujuannya, VOC menjalankan politik “devide et empera” yang menghasut Sultan Haji (anak Sultan Ageng) yang sebelumnya telah diangkat menjadi pembantu yang mengurusi internal untuk memerangi Pangeran Nurboyo (adik Sultan Haji) yang juga mengurusi eksternal. Sultan Haji diasut oleh VOC yang mengatakan bahwa Sultan Haji akan mengangkat Pangeran Nurboyo sebagai raja selanjutnya. Akhirnya, Sultan haji memerangi ayahnya sendiri dan adik kandungnya. Sultan Haji akhirnya dapat naik tahta. Setelah naik tahta, VOC memaksa Sultan Haji untuk menandatangani perjanjian yang isinya :
- VOC mendapatkan hak monopoli dagang di daerah Banten dan kekuasaannya
- Banten dilarang berdagang di Maluku
- Banten melepaskan haknya atas Cirebon
- Sungai Cisadane menjadi batas antara wilayah VOC dengan Banten
3. Perlawanan Makasar
Pada awalnya, VOC berusaha memulai hubungan baik dengan kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin. Dengan niat baik, Sultan Hasanudin memberi kesempatan perdagangan kepada VOC. Akan tetapi, lama kelamaan, VOC mulai menampakkan monopolinya. Sehingga VOC mulai memaksa Sultan Hasanudin menandatangani perjanjian yang menguntungkan VOC, namun Sultan Hasanudi menolak dan terjadilah pertempuran demi pertempuran.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan yang kedua terjadi pada tahun 1654. Akan tetapi, kedua pertempuran ini masih mampu dimenangkan oleh pasukan kerajaan Gowa. Pada pertempuran ketiga yang dilakukan secara besar-besaran dengan dibantu oleh Aru Palaka (Raja Bone) dan Kapten Yonker dari Ambon pada tahun 1666-1667, pasukan VOC mengalami kemenangan dan memaksa Sultan Hasanudi menandatangani perjanjian yang isinya :
- Wilayah Makasar terbatas hanya daerah Gowa, sedangkan Bone diserahkan kepada Aru Palaka
- Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
- Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC
- Semua benteng harus dirobohkan kecuali benteng Ujung Pandang yangkemudian diubah nama menjadi benteng Rotterdam
- Makasar haru smengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit
I. RUNTUHNYA VOC
Setelah semua kejayaan VOC dan segala keuntungan besar yang dimiliki tidak sebanding dengan kelakuan para pejabat tinggi yang suka melakukan korupsi, dan dengan kondisi hutang yang sudah sangat membengkak, akhirnya pemerintah Belanda membubarkan VOC pada tanggal 31 Desember 1799. Segala kekuasaan dan hutang VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda. Runtuhnya VOC disebabkan oleh beberap ahal, yaitu :
- VOC terjerat banyak hutang
- Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa lainnya
- Penggunaan tentara sewaan yang membebani kas VOC
- Banyak pegawai VOC yang melakukan korupsi
- Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat perang
- Pembagian deviden (pembagian keuntungan) kepada para pemegang saham walau keadaan VOC yang deficit