Apa Itu Tajuk Rencana? Tajuk rencana adalah tulisan utama dalam penerbitan pers yang mencerminkan pandangan media tersebut mengenai suatu masalah atau peristiwa penting dalam pers.
Tajuk rencana ditulis dengan menggunakan kalimat yang baku. Namun demikian, kita masih dapat menemukan kalimat yang tidak baku berupa kalimat yang rancu.
Berikut ini disajikan sebuah tajuk rencana. Bacalah tajuk rencana tersebut dengan saksama sekaligus identifikasilah kalimat rancu yang terdapat di dalamnya!
"Warna-warni Api Olimpiade"
Pada masa Perang Dingin, saling boikot olimpiade terjadi. Barat memboikot Olimpiade Moskwa 1980, dan Blok Timur memboikot Olimpiade Los Angeles 1984. Olahraga tampaknya tidak imun dari persoalan politik. Ini pula yang diwacanakan menjelang Olimpiade Beijing Agustus mendatang. Kontro versi atas Olimpiade Beijing bahkan sudah menghangat berbulan-bulan sebelum hajatan olahraga skala dunia ini berlangsung. Sejumlah pemimpin, seperti Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dikabarkan mengancam memboikot.
Sejumlah kalangan lainnya menentang ide semacam itu. Namun, tak urung kontroversi itu pun berkepanjangan. Obor Olimpiade yang dibawa keliling dunia menjadi sasaran demo kalangan pro-Tibet dan aktivis HAM, seperti terjadi di San Francisco, Amerika Serikat, dan New Delhi, India. Atas dasar itu pula, kejadian serupa juga dikhawatirkan bisa terjadi ketika api Olimpiade dibawa ke Jakarta.
Padahal sebelumnya banyak diberitakan, kehadiran api Olimpiade akan menjadi peristiwa
yang dirayakan di Jakarta. Semula obor akan dibawa mulai dari Balaikota hingga Plaza Timur Senayan. Akan tetapi, karena khawatir didemo, panitia akhirnya hanya membawa api Olimpiade keliling Stadion Utama Gelora Bung Karno, disaksikan tamu undangan terbatas, bukan lagi untuk khalayak umum. Masyarakat ingin melihat acara ini, selain untuk menyaksikan secara langsung api Olimpiade juga melihat sejumlah selebritis yang membawanya, mulai dari atlet Olimpiade, pejabat, hingga artis.
Itulah barangkali yang kita sebut warna-warni api Olimpiade. Ketika era keterbukaan telah melanda dunia, mana bisa kita menghalang-halangi demo? Kita juga yakin, aspirasi demokratik dan penghargaan terhadap HAM patut pula mendapat panggung penyaluran. Namun, kita juga ingin mengembalikan olimpiade pada tujuan dasarnya, yakni mempererat persaudaraan umat manusia melalui olahraga.
Inilah arena di mana otot dan otak dikombinasikan untuk mencapai prestasi terbaik seperti moto olimpiade, yakni citius (lebih cepat), altius (lebih tinggi), dan fortius (lebih kuat). Ketika pendiri Komite Olimpiade Internasional Baron de Coubertin meminjam moto di atas dari Pater Henri Martin Dideon, juga muncul harapan, selain prestasi yang dicerminkan oleh moto tersebut, juga muncul semangat persaudaraan, saling pengertian, tidak saja di antara para atlet, tetapi juga di antara bangsa-bangsa, dan untuk seluruh umat manusia.
Jadi, ada baiknya kita memilah-milah urusan, mana politik, mana olahraga. Jangan sampai kita korbankan tujuan olahraga yang luhur demi pencapaian tujuan politik. Kalau sampai ini terjadi, akan hilang satu peluang emas untuk memupuk perdamaian melalui olahraga. Dari Olimpiade Barcelona tahun 1992, para atlet mendengar ajakan Andrew Lloyd Webber/ Don Black untuk menjadi “Teman Sepanjang Hidup” (Amigos para Siempre).