MENENTUKAN INFORMASI TERSURAT PADA KARYA SASTRA (DRAMA)
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomaiyang berarti ‘berbuat, berlaku, bertindak’. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (acting), dan ketegangan pada para pendengar.
Menurut Krauss (1999: 249) dalam bukunya Verstehen und Gestalten, drama adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyanyian dan tarian adat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan jelas terorganisasi dialog dramatis, sebuah konflik dan penyelesaiannya digambarkan di atas panggung.
Dalam perkembangan selanjutnya yang dimaksud drama adalah bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun suatu karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang dipentaskan.
Namun, yang dapat digolongkan karya sastra adalah naskah drama atau teks drama. Teks drama yang ditulis menggambarkan kehidupan dengan menampilkan tikaian atau konflik dan emosi melalui lakuan dan dialog. Naskah ini ditulis untuk pementasan. Drama dapat juga diartikan sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan atau dipentaskan.
Oleh karena itu, dalam naskah drama selain percakapan pelaku berisi pula petunjuk gerak atau penjelasan mengenai gerak-gerik dan tindakan pelaku, peralatan yang dibutuhkan, penataan pentas atau panggung, musik pengiring, dan sebagainya.
Ciri khas dari drama adalah, naskahnya berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari dan pantas untuk diucapkan di atas panggung. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis, melainkan bahasa tutur. Pilihan kata (diksi) pun dipilih sesuai dengan dramatic action dari plat out. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan lakon. Dialog dalam sebuah drama pun harus bersifat estetis atau memiliki keindahan bahasa. Namun, nilai estetis tersebut tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah. Selain itu, dialog harus hidup. Artinya, dapat mewakili tokoh yang dibawakan.
1. Perhatikan teks drama berikut.
Candra: "Andaikata keadaan rumahku tidak seperti ini, tentu aku tidak akan mendapat masalah."
Rusdi : "Ada apa Can? Katakanlah, mungkin aku dapat membantumu! Ayolah, bicara saja!"
Candra : "Begini Rus! Aku belum membayar buku karena orang tuaku belum mempunyai uang untuk melunasi. Padahal, aku sudah berjanji hari ini akan melunasi."
Rusdi : "Begini ... kita harus berani! Nanti kita berdua menghadap kepala sekolah setelah pelajaran selesai, kemudian kita mengatakan sejujurnya tentang keadaanmu. Bagaimana?"
Candra : "Ya itu ide baik sekali. Terima kasih, Rus."
Rusdi : "Ada apa Can? Katakanlah, mungkin aku dapat membantumu! Ayolah, bicara saja!"
Candra : "Begini Rus! Aku belum membayar buku karena orang tuaku belum mempunyai uang untuk melunasi. Padahal, aku sudah berjanji hari ini akan melunasi."
Rusdi : "Begini ... kita harus berani! Nanti kita berdua menghadap kepala sekolah setelah pelajaran selesai, kemudian kita mengatakan sejujurnya tentang keadaanmu. Bagaimana?"
Candra : "Ya itu ide baik sekali. Terima kasih, Rus."
1. Bagaimana kondisi Candra sebelum mendapat saran dari Rusdi?
A. Kacau.
B. Risau.
C. Bimbang,
D. Marah.
A. Kacau.
B. Risau.
C. Bimbang,
D. Marah.
2. Mengapa Candra mengatakan "Ya. itu ide yang baik sekali." pada akhir teks?
A. Rusdi meminta Candra untuk berkata jujur.
B. Rusdi berjanji akan membantu Candra untuk melunasi buku.
C. Kepala Sekolah membebaskan uang buku Candra.
D. Rusdi menemukan jalan keluar yang baik.
A. Rusdi meminta Candra untuk berkata jujur.
B. Rusdi berjanji akan membantu Candra untuk melunasi buku.
C. Kepala Sekolah membebaskan uang buku Candra.
D. Rusdi menemukan jalan keluar yang baik.