PEMBAHASAN SOAL UN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SMP/MTs NOMOR 10: POLA PENGEMBANGAN CERITA

Selamat Datang di Blog Edukasionesia. Berikut ini akan postingan kami yang mengenai PEMBAHASAN SOAL UN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SMP/MTs NOMOR 10: POLA PENGEMBANGAN CERITA. Semoga Bermanfaat, Ayo silakan dibaca dengan saksama.

10. Bacalah kedua kutipan cerita berikut!

Kutipan I
Kutipan II
“Cepat naik!”
“Tidak biarkan aku sendiri…!”
“Kamu jangan gila, ini tengah malam, kamu mau naik apa? Apakah kamu akan berjalan kaki sampai kos?”
Aku terus berjalan. Kurasakan air mataku berderai membasahi pipi. Hatiku sudah terlanjur sakit…
Sebelum jam 5, Min sudah berkemas. Kira-kira setengah jam kemudian dia nampak seperti astronot siap ke angkasa. Jaket, helm, dan handuk kecil menjadi kostum resminya. Jam setengah enam, pelanggan ojek pertamanya adalah Rusmi, bakul sayuran di Pasar Legi. Hampir semua langganan ojeknya adalah pedagang sayur. Sekita jam 9, Min baru nongkrong di pangkalan ojek sampai sore.

 Perbedaan pola pengembangan kedua kutipan cerita tersebut adalah dimulai dengan….


Kutipan I
Kutipan II
A
latar cerita
aksi tokoh
B
aksi tokoh
masalah yang harus diselesaikan
C
garis besar cerita
aksi tokoh
D
aksi tokoh
garis besar cerita

 Kunci jawaban: D
Pembahasan
Perbedaan pola pengembangan kedua kutipan cerita tersebut adalah teks I dimulai dengan aksi tokoh, sedangkan teks II dimulai dengan garis besar cerita. Aksi tokoh pada teks I yaitu terus berjalan kaki di tengah malam sambil berderai air mata. Garis besar cerita pada teks II ditandai dengan peristiwa dan keterangan waktu yang berurutan,  yaitu jam 5, setengah enam,  dan sekitar jam 9.
Ringkasan Materi
Membandingkan Isi, Pola Penyajian, dan Bahasa Karya Sastra (Berdasarkan Gaya, Tema, Unsur)

Karya sastra dapat dibandingkan isi, pola  penyajian, dan bahasanya berdasarkan daya, tema, dan unsur. Karya sastra berupa novel dapat  dibandingkan dengan cerpen.

Novel merupakan cerita mengisahkan konflik pelaku sehingga terjadi perubahan nasib tokoh. Unsur intrinsik novel sama dengan unsur instrinsik cerpen. Perbedaan terletak pada alur kompleks novel.

Setiap novel memiliki karakteristik atau ciri tersendiri. Karakteristik novel dapat diketahui dari gaya kepenulisan pengarang dan "suara zaman". Karakteristik gaya kepenulisan pengarang dapat diketahui dari gaya bahasa yang digunakan novel Angkatan 20-an (Balai Pustaka), Angkatan 30-an (Pujangga Baru), dan novel-novel modern. Novel Angkatan 20-an seperti Sitti Nurbaya masih menyisipkan perumpamaan klise dan pepatah. Novel Angkatan 30-an seperti Layar Terkembang tidak menggunakan perumpamaan klise dan pepatah. Sementara itu, gaya kepenulisan pengarang novel modern lebih bebas dan menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu,

Karakteristik "suara zaman" dapat diketahui dari periode angkatan novel tersebut ditulis. Novel-novel yang diterbitkan dalam periode Angkatan 20-an di antaranya adalah Azab dan Sengsara, Sitti Nurbaya, La - Hami, dan Di Bawah Lindungan Kaabah. Novel Angkatan 20-an memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. lsi novel menggambarkan pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda.

2. lsi novel menampilkan persoalan kawin paksa.

3. Isi novel menggambarkan jiwa kebangsaan belum maju.

4. Gaya bahasa dalam novel lebih sering meng-gunakan syair, pantun, dan pepatah.

Novel Angkataa 30-an memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Pengarang lebih bebas menentukan nasib karya sastranya sendiri.

2. isi novel menampilkan persoalan yang dihadapi rnasyarakat kota,

3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi kebebasan dalam masyarakat.

4, Novel Angkatan 30-an tidak menggunakan pepatah. Bahasa dalam novel lebih sering menggunakan ungkapan.

Novel-novel modern memiliki karakteristik se­bagai berikut.

1.    Gaya bahasa lebih lugas.

2.  Alur yang digunakan umumnya alur campuran.

3.    Amanat tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang.

4.    Tema yang digunakan lebih luas.

Adapun cerpen mempunyai karakteristik berikut.

1.      Struktur ceritanya pendek sehingga dapat dibaca dalam sekali duduk (setengah sampai dua jam).

2.      Alur dalam cerpen pada umumnya tunggal, hanya satu urutan peristiwa yang diikuti sampai peristiwa berakhir.

3.      Tema dalam cerpen hanya satu.

4.      Tokoh-tokoh dalam cerpen diceritakan terbatas (singkat, tidak detail).

5.       Latar dalam cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus, misalnya menyangkut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan latar secara garis besar atau secara implisit.